Bagi orang Islam bulan Ramadhan merupakan bulan yang paling
istimewa dibandingkan dengan bulan-bulan lain. Karena pada bulan ini terdapat
banyak sekali kelebihan terutama menyangkut dengan hal ibdah di mana setiap
amalan wajib dan sunat yang dilakukan oleh setiap individu akan dilipatgandakan
pahalanya. Nah, bagi orang Aceh yang merupakan komunitas Islam terbesar di
ujung barat Indonesia, kesempatan ini dimamfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Dengan begitu mucullah berbagai tradisi yang akan mewarnai ibadah puasa Bulan
Ramadhan di Aceh. Berikut ulasan serba-serbi Ramadhan di Aceh.
1. Meugang
Ilustrasi Meugang di Aceh. Foto: http://3.bp.blogspot.com/
Meugang atau Makmeugang merupakan tradisi menyambut bulan Ramadhan di
Aceh. Tradisi meugang dilakukan pada H-1 ramadhan. Pada hari ini para kepala keluarga
yang ada di Aceh membeli daging sesuai
komposisi keluarga msing-masing untuk dimasak di rumah. Lalu sajian istimewa
ini akan disantap oleh setiap anggota keluarga dengan berbagai masakan Aceh.
Yang uniknya, pada hari ini tidak terlihat kesenjangan antara si miskin dan si
kaya, karena setiap rumah yang ada di Aceh akan mengepul bau asap yang sama,
yaitu keharuman masakan daging dari dapur-dapur rumah setiap keluarga. Maka bagi
kamu yang berada di Aceh pada hari meugang tidak terkejut bila melihat di
berbagai pasar akan akan deretan penjual daging sapi, kerbau, ayam, dan bebek,
untuk memenuhi permintaan konsumen daging pada hari meugang. Juga bagi kamu
yang melewati kampung-kampung akan mencium bau masakan daging yang akan
menggugah selera. Meugang di Aceh dilakukan 6 hari, 2 hari menjelang Ramadhan,
2 hari menjelang Hari raya Idul Fitri dan 2 hari menjelang Hari Raya Idul Adha.
Menurut versi sejarah yang akurat, meugang di Aceh dimulai sejak era Aceh Kerjaan
Darussalam. Di mana pada saat itu setiap menyambut hari besar Islam oleh
raja-raja di Aceh melakukan penyembelihan ternak besar-besaran selanjutnya
daging tersebut dibagikan pada setiap keluarga untuk dimasak dan disantap. Namun
lambat laun, seiring melemahnya kerajaan Aceh Darussalam, pembagian itu tidak
dilakukan lagi oleh pihak kerajaan. Namun bagi masyarakat Aceh, tradisi ini
tetap dilanjutkan walaupun mendapatkan daigng dengan cara membeli.
2. Tadarus Al-Qur’an
Ilustrasi Tadarus Al-Qur'an di bulan Ramadhan. Foto: Kompasiana.com
Tadarus atau Meudaroih tradisi unik di Aceh yang dilakukan oleh segenap
lapisan masyarakat yang terkhusus di malam bulan Ramadhan. Tadarus dilakukan
susai shalat tarawih sampai hingga larut malam di setiap meunasah Kampung yang
ada di Aceh. Bahkan tidak jarang ada juga yang melanjutkan tadarus ini hingga
menjelang imsak atau ketika makan sahur telah dilakukan. Tadarus Al-qur’an
dilakukan oleh laki-laki kebanyakan dari pemuda kampong dengan cara duduk
bersila melingkar dengan metode bersambung ayat (cok-cok ayat), ada juga
anak-anak yang telah bisa mengaji Al-Qur’an, juga oleh mereka orang tua. Yang unik
lagi tadarus ini memakai pengeras suara, corong-corong dipakai untuk
memeriahkan tadarus ini. Namun tidak terlihat ada orang yang memprotes dengan
alasa tidak bisa tidur dan sebagainya. Bahkan para orang tua di Aceh menganjurkan
anaknya ke Meunasah untuk melakukan Tadarus. Ketika orang di daerah lain mempermasalahkan corong ketika azan subuh, tapi di Aceh tidak ada protes ketika
corong nyaring bunyinya sepanjang malam untuk menerbangkan suara lantunan
ayat-ayat suci Al Qur’an ke setiap rumah-rumah. Hebat Bukan??!!!
3. Kenduri Khataman Al-Qur’an
Ilustrasi Kenduri Khataman AL-Qur'an. Foto: kompasiana.com
Kenduri Khataman AL-qur’an dilakukan di Meunasah secara bersaman atau secara
buka bersama. Kenduri ini di bawa oleh setiap individu dalam rantangan. Baiasanya
dilakukan 5 hari atau sepuluh hari sekali di dalam bulan ramadhan. Atau ada
juga berdasarkan kemapuan mengkhatam Al-qur’an oleh para pasukan meudaroih dimalam hari. Maka
tidak jarang jika Al-qur’an bisa khatam dalam 4 malam, maka kenduri khataman
akan dikakukan empat hari sekali. Hal ini tentu Indah sekali, karena bisa
memupuk persuadraan antara anggota masyarakat kampong. Dan juga menjaga
persaudaraan yang telah terjalin. Dan menu yang di bawa ke Meunasah pun tidak
tanggung-tanggung, karena para istri di rumah telah menyiapkan masakan
terbaik
untuk dimakan oleh orang lain di Meunasah.
4. Banjir Penjual Penganan
Ilustrasi Penjual Penganan Berbuka. Foto: iloveaceh.org
Bila anda ke Aceh di bulan ramadhan, maka siap-siap macet di sepanjangjalan pasar. Karena pusat pembelanjaan penganan berbuka akan dipadati oleh
pemburu penganan berbuka. Sudah menjadi tradisi di Aceh menjelang berbuka
masyarakat pada siap-siap untuk memeli penganan dengan jumlah yang tidak sedikit. Di mana sebagian dari itu mungkin tidak habis dimakan dan mubazir
begitu saja. Maka karena nafsu dan tidak ingin kalah dengan orang lain maka
membeli dengan jumlah banyak merupakan sebuah kesenangan. Anehnya lagi, kadang-kadang sebagian pasar tempat penjualan penganan, penjualnya
yang lebih banyak dibandingkan pembelinya..hehe Di pasar penganan ini ada berbagai kue khas Aceh dijual seperti boh rom-rom,
timphan u dan thimphan asoe kaya, bolu kukus, kue sempit, dhoi-dhoi, bhoih dan
lain-lain. Kalau anda berasal dari luar Aceh, mencicipi makanan khas Aceh pas
sekali di bulan Ramadhan. Tentu ketika saatnya berbuka. Inilah
Aceh ketika bulan Ramadhan..hehehe